foto kawah ijen
motor ku melaju perlahan menyusuri jalanan kota kecil Genteng, lumayan ramai dan agak macet maklum malem minggu pikir ku, jones dan cabe2 an pada keluar semua cari mangsa., hahaha...
"al brenti bentar di IndoApril ya, beli gas dan air" teriak ku. (gas ukuran kaleng kecil yg biasa utk masak digunung) well semua kebutuhan bekal sudah di kranjang (1 kaleng gas, 2 dan 1 botol besar dan kecil air, madu, bberapa sachet kopi dan jahe anget, susu, roti tawar dan 3 batang coklat) bukannya doyan ngemil ya, hehee ini beberapa list makanan yg wajib aku bawa kalau ke gunung, buat energy dan stamina. "segini cuku kan?" "oke, cukup yuk lanjut jalan" jawab ali.
setelah 1 jam perjalanan, kami tiba di simpang lima kota banyuwangi, "ambil yang ke arah kiri al" perintah ku (jujur meski aku asli banyuwangi tapi aku buta sama sekali dgn kota banyuwangi apalagi soal ijen, karena kelamaa tinggal di lombok haha... curhat dikit ya) hanya berbekal pengetahuan dari beberapa blog yg aku baca mengenai ijen , hmmm aku rasa itu cukup jadi panduan.. tapi emang bener sih jalur dan petunjuk menuju ijen itu cukup jelas karena di setiap persimpangan pasti ada rambu atau papan petunjuk " KAWAH IJEN" dengan tanda panah. jadi buat temen2 luar daerah yg mau keijen pakai motor atau mobil jgn kuatir tersesat ya, atau buat temen yg pakai angkutan umum, misal kereta api, nanti bisa turun di stasiun karang asem, segera keluar dari stasiun dan cari info angkutan mudah kok cari info disitu, rata2 tarif sewa kendaraan roda Rp.600 - 700.000, (pinter2 nawar aja) nanti bisa diantar langsung ke paltuding / pos terahir. krn untk angkutan resmi blm tersedia, atau bagi yg perorangan bisa pakai jasa ojek online, dari info yg aku dapet standar tarif nya sih Rp. 150.000. well akhir nya kami tiba di dusun jambu desa taman sari kec. licin. ini adalah pintu masuk ke gunung ijen, disini kita wajib bayar retribusi sebesar Rp. 3000/org. lanjut cuss... jalan mulai gelap krn memang mulai masuk kawasan hutan, ya tuhan gerimis tiba2 turun, kami terpaksa berhenti dan pakai jas hujan, "pelan2 aja al" teriak ku agar ali mengurangi laju motor, jalan emang terasa licin dan mulai berliku naik dan turun, pohon2 besar terlihat disisi kanan kiri jalan. waduh hujan bukannya reda tapi tambah deras, mana kabut mulai turun menghalangi jarak pandang, brrrr.... sedikit ngerasa horor juga sih, mana gk ada satupun motor dan mobil lewat lagi, aku lihat jam di hp ku pukul 21.19, huft pantes udah jam segini pikir ku. suara mesin motor mulai meraung dan tersendat saat beberapa kali melewati tanjakan terjal, "ya tuhan come on pls jgn sampe macet nih motor" keluh ku dlm hati. bener saja tiba2 motor ku berhenti dan melintang di tengah jalan "kenapa al?" "gk kuat nanjak" jwb ali kesel. aku terpaksa turun "oke km tunggu diujung tanjakan itu, biar aku jalan" keluh ku mengalah, aku merasa ini bener2 horor ditengah hutan, gelap, hujan dan kabut dingin juga mulai menusuk. diterangi sinar dari headlamp ku, aku pacu langkah ku cepat2 segera menyusul ali di ujung tanjakan. ahh dengus ku lega, "yuk naik" kabut terasa semakin menebal hingga buat jarak pandang hanya beberapa meter saja, perasaan ku mulai lega saat samar2 didepan aku lihat keramian, "itu pos terahir mungkin ya?" tanya ku penasaran..
benar saja saat sampai dan aku baca sebuah papan "selamat datang di gunung ijen paltuding" wah ini benar2 diluar perkiraan, parkiran cukup penuh dan ramai, padahal area seluas ini "banyak pengunjung yg mau kepuncak berarti" pikir ku.
paltuding ini adalah pos terahir atau base camp sebelum ke puncak ijen. paltuding juga merupakan pintu masuk ke gunung ijen via banyuwangi, ada satu lagi pintu masuk yg lewat jalur bondowoso, karena letak gunung ijen sendiri ada di dua kabupaten, banyuwangi dan bondowoso, menurut informasi yg aku baca gunung ijen ini berada diketinggian 2.443 mdpl, dan berdekatan dengan gunung berapi. dengan suhu rata-rata 10 derajat Celsius, bahkan di musim2 tertentu bisa sampai 2 derajat lho brrrr... kebayang kan gimana dinginnya?..
setelah parkir motor aku dan ali segera mencari tempat buat diriin tenda, sambil berjalan melihat2 lokasi, cukup luas dan ramai menurut ku, banyak bangunan penginapan dan kedai atau rumah makan disini, ada lapangan yg cukup luas juga, aku terus berjalan santai mencari2 tempat yg pas, dan disudut lapangan aku lihat 3 orang sedang asik becanda sambil menghangat kan diri diapi unggun, wah boleh juga nih pikir ku, aku segera menghampiri nya dan mencoba menyapa, "misi om boleh gabung gk?" "oh boleh silhkan" balas nya ramah, setelah kenalan dan ngobrol2 ternyata om ini ramah dan welcome banget (sebut saja nama nya om yus) dia kesini bareng 2 anak nya 1 cowok dan 1 cewek, kira2 seumuran ku lah. dia sengaja dateng jauh2 dari malang buat week end di ijen. setelah ngobrol cukup jauh aku baru tau kalo ternyata om yus ini adalah seorang pendaki senior, yg sudah melanglang dibeberapa gunung, yah setidak nya itu terbukti sih dari beberapa peralatan yg dia bawa cukup lengkap. sembari menghangatkan diri di api unggun, kami terus asik ngobrol, ngopi dan makan buat pesiapan energi nanti ke puncak. hingga waktu tak terasa pukul 23.30, "eh itu kayanya loket udah buka, beli tiket dulu" "oke biar aku yg jalan om" sahut ku. dipapan info tiket aku baca Rp. 5000 hari kerja Rp. 7500 hari libur (untuk lokal) dan Rp. 100.000 hari kerja, Rp. 150.000 hari libur (untuk warga asing) wah beda jauh ya tarif bule..
Parkir motor Rp. 5000, mobil Rp. 10.000,
sewa masker Rp. 25.000, Toilet bersih Rp. 2000. dan tarif penginapan perhutani 150.000/malam. setelah selesai aku segera bergabung dgn teman2 tadi.
saat asik ngobrol dan becanda tiba2 kami dikagetkan suara teriakan minta tolong, dan samar terlihat 3 orang yg kira2 seumuran anak sma, berlari mendekat sambil menggotong seseorang sebayanya. "ADA APA, DIA KENAPA?" tanya ku dan om yus hampir berbarengan" "anu om gk tau, tadi dia menggigil dan kedinginan trus tiba2 diem" jawab salah satu dari mereka, "baringkan disini" pinta ku sambil menunjuk ke matras yg tadi ku pakai, kondisinya bener2 kritis sepertinya, badannya dingin menggigil dan kaku, , mulut nya menutup rapat, dan tak sadarkan diri. wah gawat pikir ku, om yus segera sigap memeriksanya, om yus spertinya tau dan paham apa yg harus dia lakukan, "gimana om?" tanya ku kuatir "masih ada harapan" balas om yus meyakinkan.
om yus segera mengambil minyak kayu putih dari tas nya, dia oles dan urutkan ke seluruh dada, perut, leher tangan dan kakinya, "keras bgt perut nya" keluh om yus, sementara itu aku segera memanaskan air untuk bikin jahe anget, mungkin ini bisa membantu pikir ku, om yus kemudian menggeser kaki remaja tadi lebih dekat ke api, dgn maksud memberikan kehangatan, gila ini benar2 meneganggkan, setelah jadi aku berikan segelas jahe anget ke salah satu temen nya, "tolong suapkan pelan" kemudian dia melakukan sesui perintah ku "mas mulut nya gk bisa dibuka" sambung nya lagi memang bener pas aku lihat mulut nya benar2 tertutup dengan gigi beradu, aku coba ambil alih sendok nya dan ku suapin paksa, sedikit demi sedikit berhasil, sementara itu om yus terus mengurut bagian dada dan perut nya, "ini gejala hypotermia" desah om yus, aku dan om yus kemudian saling pandang keheranan, lah gimana enggak, ke gunung dengan suhu sedingin ini dia cuma pakai sandal, celana jean ketat, dan jaket tipis seadanya tanpa sarung tangan dan kaos kaki, "ya tuhan, dia ini nekat atau memang benar2 gk tau" pikir ku dlm hati,
ku perhatiin ketiga temennya jg mengenakan pakaian yg sama, seadanya. wajah dan raut mereka tampak ketakutan dan kuatir sambil menatap terus temennya yg masih blm jg sadar, tapi kemudian sepertinya mulai ada reaksi, dia tampak mulai bergerak, wajah nya meringis seperti menahan sakit yg amat sangat, dengan mata masih tetap terpejam, om yus terus melakukan pijatan nya, dan aku berusaha sebisa mungkin jahe hangat ini bisa masuk kemulut dan ditelannya, tak lama kemudian dia benar2 sadar, tapi masih kesulitan buat menelan air yg kusuap, dia masih menggigil dan masih blm bisa bicara, kemudian om yus membalikkan badan remaja tadi, hingga punnggunggnya lebih dekat dengan api, tak lama kemudian dia tampak mulai membaik, sudah bisa duduk bersandar ke salah satu temannya, suhu tubuh nya mulai terasa menghangat, meski masih belum lancar berbicara dan menelan, "astaga, aku punya sesuatu om yus" kata ku sambil bergegas ke dalam tenda dan mengambil sesuatu dari dlm carrier ku, "ini om" aku menunjukkan ETB (Emerging Thermal Blanket) sejenis lembaran panjang atau lebih mirip aluminium foil, yg biasa dipakai buat memberikan pertolongan pertama pada penderita hypotermia. fungsinya untuk mengisolasi suhu tubuh agar tidak keluar, dan untung aku selalu membawa barang ini setiap mendaki. om yus melepas kaus kaki yg dia kenakan dan memasangkan kekaki remaja tadi, kemudian segera membalutkan etb yg aku berikan ke seluruh tubuh remaja tadi. beberapa menit kemudian dia tampak benar2 mulai membaik, dia sudah mulai bisa tersenyum dan sedikit bercerita. kami semua lega dan bersukur sekali.. hmmm, om yus kemudian memberikan nasihat "besok2 lagi kalau kegunung harus dgn persiapan yg matang ya, jangan asal2 an berangkat, bawa jaket tebal, tutup kepala, pakai kaus kaki dan sepatu ya, dan jangan lupa makan yg cukup, perut jgn sampai kosong krn itu bahaya! istirahat disini dulu tunggu pagi, dan langsung pulang aja, jgn maksain buat ke puncak! " "iya om, terimakasih banyak" sahut mereka kompak...
"om udah hampir jam 1 nih, gimana?" tanya ku "iya ya gk terasa, ayok kalau gitu kita siap2 ke puncak" balas om yus.. pintu pendakian ke kawah dibuka dari jam 00.30 - 12.00, dan sewaktu-waktu bisa ditutup jika ada hal yg membahayakan, dari pintu / base camp ke puncak bisa memakan waktu tempuh rata-rata 2-3 jam pendakian.
setelah semua persiapan beres, kami ber lima segera menuju pintu pendakian, dan diperiksa tiket nya satu persatu oleh petugas jaga. di menit2 awal medan masih cukup datar, tanah terasa padat rata bercampur pasir. suhu dingin terasa kian menusuk, berbekal senter di kepala sebagai penerang, kami berlima berjalan beriringan sesekali saling sapa dengan pendaki2 lain yg yang melaju menyalip langkah dan mendahului, 10 menit berlalu jalanan mulai menanjak menanjak dan menanjak, perkiraan ku sekitar kemiringan 30an derajat, nafas mulai terdengar ngos-ngosan, peluh mulai mengucur dan kerongkongan terasa kering, "pelan2 aja, selangkah dua langkah, balung tua ini" kelakar om yus memecah kesunyian hahhaa... kami pun tertawa.
setelah hampir 1 jam lebih kami berjalan, ahir nya sampai juga di pos bundar/pos penimbangan (tempat menimbang belerang) pos ini berada diketinggian 2.226 mdpl, brarti puncak sebentar lagi pikir ku. "kita rehat disini dulu om" pinta ku, dan segera diaimin oleh yg lain. ada tampak beberapa penambang dengan troli nya aku lihat sedang istirahat juga disini... beruntung langit cerah, karna hujan memang sudah reda sejak diawal aku sampai paltuding tadi, bau belerang mulai terasa tercium dari pos ini, lumayan agak lama kami istirahat disini, "yuk lanjut!" seru om yus.
setelah berjalan skitar 30 an menit, kami tiba di tanah lapang samar2 terlihat di sebelah kiri kepulan asa tebal "nah itu kawah dan dibawah situlah si api birunya" terang om yus, kami istirahat sejenak disini, seseorang tiba2 menghampiri ku, "mas mau ke blue fire?" sapanya "iya bang" balas ku, "mas mendingan pakai ini" sambil nunjukin beberapa masker "biar lebih aman dan gk sakit di dada" sambung nya lagi, "ehm maaf bang aku udah ada". tolak ku ramah, dia pun senyum lalu pamit. didepan kami ada 2 jalan setapak, "ini yang kekiri kita ke menuju kawah, nah kalau yg lurus itu ke puncak" terang om yus, dia mah hafal bgt krn memang sudah 3 kali ke sini. "jalannya hati2 ya, fokus jangan ngelamun!" pesan om yus saat kita mulai melewati jalur ke blue fire, memang bener sih trek nya curam dan berbatu dan hanya bisa dilewati satu orang, kalau yg pernah ke rinjani, mungkin tau yah mirip mirip trek turun ke segara anak lah, kalau gk hati2 sekali nyungsep abis dah kita.. beberapa menit berlalu dan sumber kepulan asap mulai tampak dekat, kami berpapasan dengan penambang belerang yg sedang memikul belerang untuk dibawa naik ke pos bundar. tentunya sebagai tamu kami harus berhenti dan mengalah untuk memberi jalan. "kita istirahat disini aja, krn ini masih jam 3.30" pinta om yus dan kami berempat pun nurut. berlindung di balik bongkahan bebatuan lumayan menahan angin dan hawa dingin, "kita ngopi disini aja gimana?" usul ku "wah boleh tuh" balas ali semangat,
penambang belerang.
"kopi udah jadi nih" walah si ovan dan devi malah tidur, seperti nya mereka bener2 kelelahan, gk tega juga mu ngebangunin.
... aku kaget dan terbangun saat ali menepuk pundak ku "bangun2, ayok turun udah ramai tu dibawah" teriak ali waduh ternya aku ketiduran juga, "om yus, ovan dan devi mana? " tanya ku bingung "gk tau udah turun kali" balas ali. "biarin dah nanti pasti ketemu" sambung nya lagi, aku dan ali segera turun mendekat ke blue fire. wao its amazing, decak ku kagum saat pertama kali ku lihat si api biru, wao.... blue fire muncul di tengah-tengah penambangan sulfur/belerang. blu fire sendiri bisa dilihat dini hari menjelang pagi sekitar pukul 05.00 wib. dan blue fire konon hanya ada dua didunia satu yang didepan mata ku ini, dan satu lagi ada jauuuh di islandia sana.
ali dan blue fire.
pantes kalau banyak orang yg penasaran dan ramai2 datang kesini. asik foto2 sampai gk kerasa matahari sdh muncul, aku mendekat kearah penambang yg sedang bekerja, mencoba mengabadikan beberapa gambar, salut sekaligus prihatin sih ngeliatnya, dia bekerja hanya dengan peralatan sederhana, dia hanya pakai kaos sebagai ganti masker, bayangkan itu asap belerang bener2 panas dan perih kena mata, kalau kehirup juga bikin sesak. belum lagi dia harus memikul nya ke pos bundar di atas tadi, dan beban belerang rata2 yg harus dia pikul sekitar 50 sampai 90 kg. aku meminta ijin pada seorang bapak yg kebetulan lagi istirahat dan meletakkan keranjang belerangnya, buset.. keranjang penuh belerang ini bener2 berat, dan aku menyerah, bapak tadi cuma tersenyum melihat tingkah ku.
aku lihat si ali, om yus, ovan dan devi lg ngobrol "nah itu dia" gumam ku dlm hati, aku segera menghampiri mereka. "gimana udah puas foto2 nya? kita naik yuk!" ajak om yus kami berlima segera bergegas dan kami sepakat langsung turun ke base camp, tanpa melanjut kan ke puncak, yah tujuan ku dari awal sih blue fire dan bukan puncak,
sesampai di base camp kami istirahat, sambil bikin sarapan, bersih bersih dan berkemas pulang. aku bersukur dan seneng banget bertemu sosok om yus ini, banyak pelajaran dan ilmu juga yg bisa aku petik dari nya, maka nya sampai sekarang aku masih akrab dan sering kontak, kalau pas lagi libur panjang dan dia pengin mendaki, tak lupa dia pasti ngasi info.
SEKIAN.
trimakasih dan semoga bermanfaat.
@faldykudo 2016